Entri Populer

Sabtu, 29 Oktober 2011

Kamis, 27 Oktober 2011

Apa kabar RUU Desa?

Perjuangan Masih Panjang

Perangkat Desa PNS,
Perjuangan Yang Butuh Kesabaran
Rabu, 28 September 2011| 23.27 WIB|
oleh: Nugroho
Kusumantoro|

Brebes (Pusinfo
PPDI)_ Perjuangan
perangkat desa agar dapat diangkat
menjadi PNS sangat berbeda dengan
perjuangan
sekretaris desa
menjadi PNS,
demikian dikatakan
Suryokoco
Adiprawiro selaku Pembina PPDI Pusat dalam kesempatan
memberikan
sambutannya di
acara Halal Bi Halal PPDI Kabupaten
Brebes, Rabu (28/9).

“Perjuangan para perangkat desa butuh waktu yang
panjang dan
kesabaran yang
tinggi,” kata
Suryokoco
menambahkan.

Hal ini dikarenakan,
lanjut Suryokoco, ada proses-proses
atau tahapan-
tahapan yang harus dilalui yang sangat
memakan waktu
yang untuk
mensikapinya sangat
membutuhkan
langkah-langkah
atau strategi yang cerdas dan terarah, tidak asal gradak-
gruduk, tidak tentu arah.
“Perjuangan para perangkat desa adalah perjuangan
status”, kata Pak Koco, demikian biasa
dipanggil,
”Perjuangan
yang menyangkut
kesejahteraan bukan
merupakan tujuan
perjuangan yang
selama ini dilakukan oleh PPDI.”

Selanjutnya Pak
Koco juga
menambahkan
bahwa kalau hanya untuk
memperjuangkan masalah
kesejahteraan, hal itu sudah selesai, karena
pernah ditawarkan
oleh Mendagri dalam satu kesempatan
audiensi beberapa
waktu yang lalu.
“Kalau status yang dituntut oleh para
perangkat desa
dapat berhasil,
secara otomatis
kesejahteraan pun akan mengikuti
dengan sendirinya,”
tegas Pak Koco.

Dalam kesempatan itu juga Suryokoco
kembali
mengingatkan untuk saling terbuka antara pengurus dan
anggota demi
meningkatkan
kesolidan dan
kekompakan PPDI karena
bagaimanapun juga PPDI sekarang sudah
menjadi suatu
organisasi yang
besar, bukan
organisasi yang
ecek-ecek lagi.
“Marilah kita
belajar untuk
mengatakan pahit kalau memang itu
pahit dan katakan manis kalau memang
itu manis,” sambung
Suryokoco.

Karena
dimanapun berada, lanjut Suryokoco, PPDI tetap
membutuhkan tiga hal yang utama yaitu
Ideologi, Manajemen
dan Keuangan, yang
ketiga-tiganya harus ada sebagai satu
kesatuan yang utuh tidak terpotong-
potong, sehingga
tingkat kesolidan
dan kekompakan pun akan tinggi yang pada akhirnya dapat
meningkatkan daya gedor yang besar kepada pemerintah.

Sumber: http://ppdi.or.id

Tunjangan Perangkat Desa tak Kunjung Cair

Kelana Kota
27 Oktober 2011,
10:06:41| Laporan
Noer Soetantini

Ratusan Perangkat Desa Resah, 3 Bulan
Belum Terima
Tunjangan

suarasurabaya.net| Ratusan perangkat desa se Kabupaten
Banyuwangi yang menerima tunjangan
bulanan dari APBD Banyuwangi, resah.
Ini disebabkan
selama 3 bulan ini, mereka belum menerima
tunjangan.

Bambang Sutopo, satu diantara
perangkat desa
seperti dilaporkan
Tasya dari Radio
Mandala FM
Banyuwangi, Kamis
(27/10/2011),
mengatakan, dirinya bersama teman-temannya sudah menerima berkas isian sebelum Lebaran lalu. Tapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda pencairan dari
Pemkab
Banyuwangi.

Dirinya tidak habis pikir kenapa bisa
terlambat. Pasalnya,
bulan-bulan
sebelumnya, tidak ada masalah dan
semua bisa dicairkan sesuai programnya.
(tin)

Sumber: http://suarasurabaya.net

Sebuah Ironi Nasib Perangkat Desa

Pembayaran Gaji
Perangkat Desa
Menunggu 3 Bulan
Oleh: Zaenal Mustofa
| 20 October 2011 |
07:49 WIB
Menghitung hari,
menghitung pekan,
menghitung bulan.
Demikian yang
senantiasa terlintas
di benak Perangkat
Desa Indonesia yang
TPAPD atau
tunjangan
penghasilannya
dicairkan atau
dibayarkan oleh
Pemerintah
Kabupaten dengan
menggunakan
sistem 3 (tiga) bulan
sekali, tidak setiap
bulan.
Ada keluh kesah di
sisi pengabdian yang
terpendam dalam
perasaan perangkat
desa. Bahkan ada
yang
mempertanyakan,
kenapa perangkat
desa diberi upah
dengan pekerjaan
kembali ketika
menggarap sawah
bengkok mereka,
selain tunjangan
yang tidak sesuai
dengan upah
pekerja/UMR (mulai
200 ribu rupiah
perbulan, atau 400
ribu rupiah
perbulan).
Yang ironis, ada
sebuah daerah yang
lahan
pesawahannya
diandalkan oleh
pemerintah
daerahnya sebagai
lumbung padinya,
tapi perangkat
desanya sama sekali
tidak ada fasilitas
sawah bengkok bagi
mereka. Ketika
berharap dan
meminta upah dari
masyarakatnya
berupa Pancen pun
semakin sulit,
karena
masyarakatnya
sudah banyak
berubah perilaku,
yakni berharap
diberi dan jauh dari
kesadaran untuk
memberi.
Keluhan mereka
akan semakin
terasa ketika
kebutuhan hidup
senantiasa harus
tercukupi. Pangan,
sandang, papan,
kebutuhan
operasional
pekerjaan ketika
perangkat desa
akan, sedang dan
(mungkin juga)
setelah
melaksanakan tugas
sebagai perangkat
desa. Hajat hidup
yang lainpun ikut
menuntut untuk
dipenuhi, seperti
membiayai
pendidikan untuk
anak dan biaya
berobat keluarga
yang semakin
mahal, kepedulian
lingkungan dengan
kondangan (istilah
yang sangat akrab
tetapi kadang
membuat pening
fikiran) kepada
tetangga atau
handai taulan dalam
lingkup desa atau di
luar desa.
Kaitannya dengan
penghasilan selain
bengkok (bagi yang
ada) dan tunjangan
yang dialokasikan
oleh pemerintah,
maka sebetulnya
terbersit jeritan hati
perangkat desa
yang kadang dibalut
oleh kesabaran
pengabdian dengan
guyonan tawa
mereka bersama
rekan kerjanya.
Ya, menunggu
tunjangan untuk
tambahan
penghasilan yang
diharap dari
pemerintah dengan
kesabaran dan tawa
pengabdian, dengan
kesabaran dan tawa
keluarga ketika
kebutuhan tidak
tercukupi dan
akhirnya terbebani
hutang, kesabaran
dan tawa yang
memanfaatkan
isteri tercinta
sebagai ibu rumah
tangga untuk terjun
dalam liku-liku dan
berbasah keringat
membantu mencari
nafkah, kesabaran
dan tawa dalam
senandung do’a
tawakkal ketika
sang isteri tercinta
dan keluarga harus
berobat dengan
biaya di atas nilai 5
jutaan tanpa ada
subsidi bantuan dari
pemerintah karena
tidak mendapatkan
fasilitas jaminan
kesehatan
(Jamkesmas/
Jamkesda) dan
kesabaran dan tawa
ketika dipandang
masyarakatnya
dengan baju
pemerintah yang
berwibawa, tapi
statusnya gampang
diombang-
ambingkan oleh
penentu kebijakan,
yang akhirnya purna
bakti berbekal
ucapan terima kasih
tanpa cindera mata
dan bekal/pesangon
perhargaan darma
baktinya.
Tiga bulan
menunggu hasil jerih
payah pengabdian
kepada masyarakat
dan pemerintah
dengan nominasi
uang yang jauh dari
layak, perangkat
desa pun kadang
menengok ke
tetangga yang
bergaji besar, yang
datang tiap awal
bulan, sembari
berucap lirih “duh…
kenapa 3 bulannya
masih belum genap
juga…”. Di akhir
bulan ketiga,
perangkat desa dan
Kepala Desanya pun
ikut menunggu
informasi, apakah
tunjangan sudah
dicairkan atau
ditansferkan.

Senin, 24 Oktober 2011

Perangkat Desa Layak Mendapatkan Jaminan Kesehatan

Selama ini para perangkat desa memang mendapat perlakuan yg diskriminatif dr pemerintah.
Banyak perangkat desa yg penghasilanya tak memadai krn tdk sdkit yg bengkok garapannya tak seberapa, bhkan ada jg yg tak memiliki bengkok sama sekali. Ironisnya, oleh pemerintah derajat/status sosial mrk di'pukul rata' sbg kelas menengah ke atas hanya krn mrk adlh perangkat desa. Sehingga tak punya hak apapun thdp program BLT, Raskin maupun Jamkesmas, meskipun dlm kenyataanya mrk termasuk keluarga miskin.
Sekali lagi, itu semua gara2 mereka adlh perangkat desa...

Lagu2 Nasional Kalah Tenar x ?

Bener jg sieh, skrg anak2 jarang yg hafal lagu2 nasional ato lagu2 wajib n kebangsaan.. Beda bget dgn jaman dahulu kala...
Tp faktor yg nyebabin byk lah, mgkn krn media yg emang jarang nampilkan lagu2 nasional, mgkn jg krn emang di skul jarang diajarkan ato dipraktekan, -guru2nya aj blm tentu hafal koq?- heheee

INDONESIA : Dalam Bahaya, Dikuasai Para Maling dan Bubar 2015…?

INDONESIA : Dalam
Bahaya, Dikuasai
Para Maling dan
Bubar 2015…?
Indonesia sungguh
sedang diuji, baik
oleh anak negeri
maupun orang asing.
Sehari setelah berita
tertangkapnya
Nazaruddin, bukan
pujian yang didapat
pemerintah karena
mampu memulai
berhasil menangkap
tersanga koruptor
tetapi penyataan
pernyataan yang
tidak sedap
didengar.
Indonesia Dalam
Bahaya
Dimulai dari
pertemuan 45 tokoh
nasional di Hotel Four
Season, Jakarta,
Senin (8/8/2011)
malam, sepakat
melihat keadaan
negara kini sedang
mengalami krisis
yang bisa membawa
Indonesia ke arah
bahaya, darurat.
Setidaknya ada 7
krisis nasional yang
melanda. Yakni krisis
kewibawaan kepala
pemerintahan, krisis
kewibawaan kepala
negara, krisis
kepercayaan
terhadap parpol,
krisis kepercayaan
kepada parlemen,
krisis efektifitas
hukum, krisis
kedaulatan sumber
daya alam, krisis
kedaulatan pangan,
krisis pendidikan,
krisis integrasi
nasional.
Adnan Buyung
menyampaikan
mesti ada satu
gerakan untuk
melakukan
pembaharuan lagi.
Langkahnya, tentu
dengan meminta
pertanggungjawaban
presiden Susilo
Bambang
Yudhoyono. Karena
presidenlah yang
harus
bertanggungjawab
sebagai pemimpin.
"Tanggungjawab
mampu
mengatasinya.
Dengan iklas,
sukarela
mengundurkan diri
secara terhormat,"
ujar Buyung yang
akrab dengan
beberapa pergantian
kekuasaan di
Republik ini.
Berikut nama 45
tokoh nasional yang
tadi malam
menyerukan
pembubaran
pemerintah itu: Prof.
Dr. Ali Yafie, Prof.
Bismar Siregar, Cholil
Badawi,
KH.Moehammad Zain,
Jen (Purn) Tyasno
Sudarto, Letjen
(purn) Suharto,
Monang Siburian,
Hariman Siregar,
Soegeng Sarjadi,
Sukardi Rinarkit,
Muslim
Abdurrachman, Chris
Siner K.Timu, Romo
Benny Susetyo,
B.Wiwoho,
D.H.Assegaf,
Prof.Syafii Maarif,
Komarudin, Sunardi,
Amir H.Daulay, Adnan
Buyung nasution,
Prof.Anwar Nasution,
Nurman Diah,
Mulyana W Kusumah,
Haris Rusly, Indro
Thahjono, Jamester
Simarmata, Martinus
Situmorang, Rizal
Ramli, Noegroho
Djajoesman, Andreas
A Yewangoe,Pdt,
Eggi Sudjana, Burzah
Zarnubi, Fanny
Habibie, Sri Palupi,
Dedy Julianto,
Tamrin Amal
Tomagola, Gleny
Kairupan, Murwanto,
Jarot, Dibyo, Beno,
Tjuk Kasturi Sukiadi,
Helmy A.Yafie, Otje
Soedito dan Saaiful A
Yafie
Indonesia dikuasai
Maling
Berlanjut di di Duta
Merlin Jakarta,
Selasa (9/8/2011)
dalam sebuah diskusi
yang
diselenggarakan oleh
Rumah Perubahan
yang bertema
Pengadilan Hosni
Mubarak; Pelajaran
bagi Indonesia.
Pakar Indonesia dari
Notrhtwestern
University AS, Prof.
Jeffry Winters
mengingatkan, salah
satu kegagalan
utama gerakan
reformasi 1998 di
Indonesia adalah
tidak disiapkannya
sistem hukum yang
kuat. Karenanya,
Indonesia menjadi
suatu negara yang
anomali.
Dia mengutarakan
krisis ini berbahaya
kalau dibiarkan
terus. Ini akan
mengarah ke
keadaan bahaya.
Darurat ini jadinya
nantinya. Ini yang
harus kita cegah
terjadi.
Dikatakan Jeffry,
secara prosedural,
demokrasi di
Indonesia sudah
cukup bagus. Namun
secara substansial,
masih harus banyak
diperbaiki. Sistem
demokrasi yang
sekarang dikuasai
para maling. Hanya
mereka yang punya
uang banyak yang
bisa naik. Setelah
berkuasa, mereka
kembali maling
untuk
mengembalikan
sekaligus meraup
untung dari investasi
yang dikeluarkan.
Yang terjadi seperti
lingkaran setan.
Indonesia Bubar 2015
Di Tahun 2008 lalu,
Djuyoto Suntani,
Presiden Komite
Perdamaian Dunia
(World Peace
Committee) yang
seorang putra
Indonesia,
meramalkan
Indonesia pecah
tahun 2015. Djuyoto
menganggap
pemusnahan Negara
Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI)
sebagai bagian dari
skenario
internasional, yang ia
sebut dengan
Invisible Organization
lluminati. Institusi
kemasyarakatan
internasional yang
dipimpinnya saat ini,
memiliki jaringan di
seluruh dunia dan
mempunyai
pengaruh kuat pada
dunia internasional.
Tidak seorangpun
mengira negara Uni
Soviet yang
merupakan negara
super power dapat
pecah dan musnah
dalam sekejap.
Negara yang dulunya
disegani dan menjadi
tumpuan kekuatan
Fakta Pertahanan
Warsawa di Eropa
tersebut, di awal
tahun 1990 akhirnya
terpecah menjadi 15
negara merdeka.
Demikian juga
negara Yugoslavia
yang pada akhirnya
terpecah menjadi
lima negara.
Hasil kajian mantan
Menteri Pertahanan
Amerika Serikat
William Cohen
dengan tim 15-nya
patut kita cermati.
Kajian dengan
klasifikasi not for
distribute yang
berjudul lengkap
”Asia Tahun 2025
dan Pengaruhnya
terhadap Keamanan
Nasional Amerika di
Abad 21”, dengan
tegas memprediksi
sesungguhnya
menskenariokan
bahwa Indonesia dan
Pakistan akan hilang
dari peta bumi
disebabkan negara-
negara itu berfusi
melalui proses aliansi
antar negara atau
tercabik-cabik akibat
pertikaian dan
perperangan antar
daerah.
Lebih rinci tentang
Indonesia dikatakan,
sebab lenyapnya
Indonesia lebih
dikarenakan terjadi
krisis yang bukannya
mengecil namun kian
tahun kian
bertambah besar.
Akan terjadikan
semua ramalan itu,
Indonesia Bubar
2015...? Benarkah
kata Jeffry bahwa
Indonesia dikuasai
Maling, atau dia yang
orang amerika yang
mendesain lahirnya
penguasa maling
karena membawa
demokrasinya
diterapkan di
Indonesia...?
Benarkah Indonesia
sedang dalam
Bahaya, atau 45
tokoh itu dan
pengikutnya yang
sedang dalam
bahaya…?
Biarlah waktu yang
membuktikan semua
itu… dengan
harapan bersama
sama masyarakat
masih menghendaki
dan sanggup bekerja
bersama sama untuk
kejayaan
Indonesia….
Semoga…
(untuk editorial
www.koruptorindonesia.com)

Sabtu, 22 Oktober 2011

Kyai vs Politik (sebuah catatan Terong Gosong)

Tahafutul Pulitik
Atawa Kerancuan
Politik ----> Oleh:
Mahrus Husain
Saat ini sepertinya
opini semua pihak
membubuhkan
tanda negatif
terhadap kiyai yang
berkecimpung dalam
dunia politik praktis.
Ada semacam
tawaran dari umat:
Bila kiyai berpolitik,
maka bersiap-
siaplah untuk jauh
dari umatnya.
Stigma negatif yang
disandangkan pada
politik kiyai pada
dasawarsa terakhir
ini bermula dari
derasnya arus
keterbukaan yang
seolah membuka
segala sesuatu yang
tidak mungkin,
menjadi hal yang
sangat mungkin,
asalkan tersedia
sarananya .Menurut
Gus Mus, di tengah
euphoria
keterbukaan, banyak
pihak yang asal
kejar, tanpa ada
perhitungan akurat
dan cenderung
pragmatis.
Akibatnya, umat
tidak merasakan
manfaat dari
kiprahnya. Padahal,
sedikit atau banyak,
mereka menyokong
dukungan
kepadanya.
Jika kita lebih
cermat menganalisa,
kiyai dan politik
seperti dua sisi mata
uang yang tidak bisa
dipisahkan. Ada yang
secara jelas sebagai
eksponen partai
politik dan berperan
aktif di dalamnya;
ada yang sekedar
membantu tapi
enggan berkiprah
dalam percaturan
yang lebih jauh; ada
juga yang
mengambil jarak dan
ogah untuk
bersanding
dengannya. Yang
kesemuanya adalah
sikap politik.
Harus dimaklumi,
sesungguhnya hal ini
merupakan implikasi
yang wajar dari
posisinya sebagai
tokoh panutan yang
mengimami umat
pengikutnya.
Posisi yang mereka
emban adalah buah
dari keberhasilannya
dalam mengawal
umat sehingga ia
diakui sebagai
pemimpin informal.
Dalam merawat
umat, pasti ada
langkah-langkah
politis yang dilewati
-baik itu
dilakukannya sendiri
atau warisan dari
orang-orang tua
pendahulunya.
Adalah mustahil
apabila seseorang
begitu saja diterima
oleh sekelompok
masyarakat sebagai
pemimpin tanpa ada
eksistensi nyata
yang dirasakan
maanfaatnya oleh
kelompok tersebut.
Kecuali ia hanya
sebatas simbol,
Kiyai Fattah
misalnya, beliaulah
yang berhasil dalam
diplomasinya setelah
kegagalan kiyai
Wahab Chasbullah
untuk membuka
kembali Madrasah
Mu’allimin
Muallimat yang
beberapa bulan
ditutup oleh Jepang.
Kiyai Wahab
mengajukan
permohonan -agar
kegiatan belajar
mengajar di
madrasah dibuka-
atas nama Nahdlatul
Ulama, dan Jepang
menganggap bahwa
hal ini adalah
gerakan yang
membahayakan;
sedang kiyai Fattah
kembali mengajukan
permohonan atas
nama guru-guru
madrasah yang
nganggur. Jepang
setuju, dan kegiatan
belajar mengajar
bisa dilanjutkan
kembali

Kamis, 20 Oktober 2011

BUMI SEMAKIN PANAS

Bumi kini semakin panas saja, seperti siang ini... hemmmz rasanya 'koyok digodog'
Apakah ini tanda2 akhir zaman?
Entahlah... yang jelas sjak bbrp tahun terakhir musim pun tak menentu...
Prediksi / ramalan cuaca yg katanya 'ilmiah' pun kadang 'meleset' dlm kenyataannya...
Trus apa yg musti kita lakukan??